SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Pengamat politik Dr Airlangga Pribadi Kusman menilai Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terlalu terbawa persaan (baper) dan terkesan anti kritik terkait kondisi Gelora Bung Tomo (GBT). Menurut dia, pernyataan sejumlah pejabat Pemkot Surabaya terkesan terlalu emosional dalam menanggapi pernyataan Gubernur Jawa Timur perihal aroma sampah yang kerap tercium di stadion GBT.
Padahal sejumlah kalangan - termasuk bonek - mengakui bahwa bau sampah itu sering menyengat saat pertandingan sepak bola.
BACA JUGA:
- Pesan Khofifah di Hari Buruh Internasional 2024
- Ucapkan Selamat Hari Buruh Dunia, Khofifah Optimistis Pekerja Jatim Terampil
- Totalitas Dukung Khofifah di Pilkada 2024, Jaringan DHD 45 Resmikan Posko di Surabaya
- Pelantikan Rektor ITS, Khofifah Optimis Bambang Pramujati Mampu Kembangkan Ekosistem Pendidikan
Dosen Fisip Universitas Airlangga (Unair) Surabaya itu mengatakan, semestinya pernyataan tersebut dimaknai sebagai rasa perhatian dan rasa sayang Gubernur Jatim terhadap pengelolaan Kota Surabaya, termasuk warga Surabaya dan supporter Surabaya, Bonek Mania.
"Bukan sebaliknya, justru kembali menyerang Gubernur. Toh apa yang disampaikan itu adalah fakta sebenarnya, mengingat posisi GBT berdekatan dengan TPA Benowo. Jangan baper, harusnya ini menjadi bahan introspeksi," kata Angga - panggilan Airlangga Pribadi Kusman - saat ditemui di Surabaya, Ahad (3/11/2019).
Menurut Angga, komentar Khofifah semata-mata agar Pemkot Surabaya membenahi pengelolaan sampah, yang hanya berjarak sekitar 200 meter dari Stadion GBT. Mengingat GBT merupakan salah satu stadion yang diajukan ke FIFA untuk menjadi venue pertandingan Piala Dunia U-20 tahun 2021 mendatang.
“Sebenarnya hal itu tidak perlu direspons reaktif, karena respons reaktif itu justru menghalangi pembenahan Kota Surabaya, yang saat ini sudah baik justru lebih baik lagi,” katanya.