Jelang Pilgub Jatim 2018, Partai NasDem Sindir Usulan Calon Tunggal Mirip Sistem Dinasti

Jelang Pilgub Jatim 2018, Partai NasDem Sindir Usulan Calon Tunggal Mirip Sistem Dinasti Wakil Ketua DPW Partai NasDem, Mochamad Eksan.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Konstelasi politik Jawa Timur mulai menghangat jelang semakin dekatnya pemilihan gubernur Jawa Timur tahun 2018. Sejumlah manuver politik pun mulai dilakukan untuk menuju kursi Jatim 1. Di antaranya, berubahnya rekom PKB dari Abdul Halim Iskandar (Pak Halim) menjadi Saifullah Yusuf (Gus Ipul).

Padahal, Pak Halim sudah melakukan sosialisasi sebagai Cagub PKB sejak dua tahun silam. Dinamika itu tak lepas dari adanya surat kiai sepuh yang ditujukan kepada PKB sebagai satu-satunya partai yang punya tiket untuk mengusung calon.

Terbaru, Soekarwo sebagai Gubrnur Jatim dua periode sekaligus Ketua DPD Partai Demokrat Jatim melakukan manuver politik dengan menggagas munculnya calon tunggal, yaitu Gus Ipul. Konsep itu sukses dilaksanakan pejabat yang akrab disapa Pakde itu dalam suksesi kepemimpinan di internal Partai Demokrat. Praktis seluruh Ketua DPC terpilih melalui proses musyawarah mufakat bukan pemungutan suara atau votting. Sukses itu ingin diadopsi oleh Pakde Karwo dengan merangkul seluruh kekuatan politik yang ada. Sejauh ini tiga partai politik besar sudah dalam genggaman, yakni PKB, PDI Perjuangan dan Partai Demokrat.

Namun manuver calon tunggal itu tampaknya tak berjalan mulus, karena sejumlah reaksi penolakaan pun bermunculan. Salah satunya dari DPW Partai NasDem Jatim. Mochamad Eksan, Wakil Ketua DPW Partai NasDem Jatim bidang Agama dan Masyarakat Adat itu berpandangan, wacana calon tunggal, tidaklah produktif dalam pembangunan demokrasi yang sehat dan matang. Sebab, 32 juta pemilih yang bersebar di 38 kabupaten/kota, dipaksa untuk tidak memilih. Tidak ada alternatif, kecuali one and only incumbent candidate (satu dan hanya satunya kandidat inkumben).

“Sistem demokrasi dihadirkan sebagai lawan dari sistem monarkhi dan aristokrasi. Calon tunggal tak ubahnya dengan sistem dinasti dan elit yang totaliter, yang tak menyajikan alternatif pilihan kepada rakyat. Padahal, demokrasi itu sistem yang terbuka bukan sistem yang tertutup,” sindir mantan Komisioner KPU Jember itu, Minggu (4/6).

Eksan mengingatkan, setiap warga negara punya kesempatan yang sama untuk dipilih dan memilih. Barangtentu, yang memenuhi syarat sebagaimana diatur oleh peraturan perundang-undangan. Dirinya mengutip Robert W Hefner, bahwa democratic civity (keadaban demokrasi), keterbukaan dan partisipasi. Tafsir dari keadaban demokrasi itu dilihat dari kualitas dan kuantitas keterbukaan dan partisipasi dalam menilai demokrasi tersebut.

Anggota DPRD Jatim ini mengingatkan, mayoritas negara-negara di dunia, menilai demokrasi Indonesia sudah matang. Hiruk-pikuk, centang paranang pilgub DKI Jakarta, berakhir dengan happy-ending. Semua pihak menerima hasil pemilu. Yang menang maupun yang kalah, mampu menunjukkan sikap yang kesatria. Demokrasi Indonesia sangat mengagumkan.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO