Tradisi Tumpeng Sewu Kemiren Digelar Seminggu Sebelum Hari Raya Idul Adha

Tradisi Tumpeng Sewu Kemiren Digelar Seminggu Sebelum Hari Raya Idul Adha Tradisi Tumpeng Sewu di Desa Kemiren Banyuwangi.

Sesudah Adzan Maghrib

Ritual Tumpeng Sewu akan dimulai sesudah adzan maghrib, di mana akan digelar salat berjamaah di Masjid Nur Huda. Sebelum makan tumpeng sewu, warga akan diajak berdoa agar warga Desa Kemiren dijauhkan dari segala bencana dan sumber penyakit.

“Ritual tumpeng sewu diyakini merupakan selamatan tolak bala. Sebab itulah warga Using menjaga tradisi itu hingga turun menurun. Juga "ngarak barong" sebagai simbol penjaga Desa Kemiren," urai Suhaimi.

Usai salat berjamaah, akan dilanjutkan penyalaan oncor ajug-ajug (obor bambu berkaki empat) dari ujung jalan desa sebagai penerang jalan. Uniknya, api pertama penyalaan obor ritual ini diambil dari api biru (blue fire) Gunung Ijen.

Setelah obor dihidupkan, seluruh warga akan menggelar tumpengnya di depan rumah masing-masing, untuk dimakan bersama-sama.

Tumpeng yang disuguhkan setiap warga nantinya berbentuk kerucut yang memiliki makna petunjuk untuk mengabdi kepada Sang Pencipta, di samping kewajiban untuk menyayangi sesama manusia dan lingkungan alam.

Sementara pecel pithik sebagai lauk pelengkap mengandung pesan moral yang tinggi, yakni "ngucel-ucel barang sithik". Diartikan mengajak orang berhemat dan bersyukur dengan apa yang telah dimilikinya.

Ritual yang digelar setiap tahun ini selalu dihadiri ribuan warga Banyuwangi. Setiap pengunjung yang datang dipersilahkan untuk menikmati hidangan, karena sudah menjadi tradisi warga Using Kemiren untuk menjamu setiap tamu yang datang.

Akhir ritual akan ditutup dengan mocoan lontar, mengkidungkan tembang lontar macapat Yusuf di dua tempat. “Yakni di Balai Desa Kemiren dan di Pendopo Barong Kemiren,” pungkas Suhaimi. (bw1/dur)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO