​Religiusitas Gubernur Khofifah dan Kado HUT Pemprov dari Presiden soal Covid-19

​Religiusitas Gubernur Khofifah dan Kado HUT Pemprov dari Presiden soal Covid-19 M Mas'ud Adnan. foto: bangsaonline.com

Oleh: M Mas’ud Adnan --- Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) minta para kepala daerah meniru Jawa Timur dan Sulawesi Selatan dalam menangani . Dua provinsi tersebut – menurut Jokowi - mampu menekan angka kasus .

"Saya mencatat dari angka-angka yang ada, provinsi Jatim dan Sulsel menunjukkan perbaikan dalam pengendalian pandemi Covid. Saya kira ini bisa dijadikan contoh provinsi-provinsi yang lain," kata Jokowi dalam rapat terbatas laporan Komite Penanganan dan Pemulihan Ekonomi Nasional melalui konferensi video dari Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Senin (12/10).

Menurut Jokowi, setidaknya delapan provinsi di Indonesia masih tinggi pertumbuhan . Antara lain, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara.

Pernyataan Jokowi ini tentu menjadi "kado istimewa" bagi Gubernur Jawa Timur Khofifah. Kenapa? Karena, pada hari ini (Senin (12/10/2020) Gubernur Khofifah sedang menggelar Hari Ulang Tahun (HUT) ke-75 Provinsi Jawa Timur.

Saya sebut "kado istimewa" bukan karena mendapat pujian dari presiden, tapi karena kerja keras Gubernur Khofifah dalam menangani tampak nyata hasilnya justru pada saat ketua umum Muslimat NU itu menggelar HUT ke-75 Pemprov Jatim.

Lalu apa kunci sukses Gubernur Khofifah? Saya melihat justru ini yang menarik. Tampaknya sukses Khofifah tak lepas dari religiusitas sang gubernur.

Religiusitas berasal dari kata religio (kata latin relego). Religio berarti memeriksa lagi, menimbang, merenungkan keberatan hati nurani. Jadi, manusia religius adalah manusia yang berhati nurani serius, taat, saleh, dan teliti dalam pertimbangan batin.

Namun – seperti kata Erli Yetti, akademisi - jika kata religius dikaitkan dengan agama, maka pengertian religius menjadi lebih tegas, mengacu pada keyakinan, berhati nurani, dan saleh menurut norma-norma agama.

Lalu apa korelasinya dengan Gubernur Khofifah? Banyak. Cermati saja langkah Gubernur Khofifah dalam menangani . Meski pada awalnya jumlah kasus di Jatim sangat besar dan sempat saling kejar dengan DKI Jakarta, tapi Gubernur Khofifah secara drastis mampu memutus mata rantai penularan makhluk tak kasat mata yang telah banyak merenggut nyawa manusia di berbagai belahan dunia itu.

Yang menarik, Gubernur Khofifah tidak hanya mengandalkan pendekatan rasionalitas saintifik kedokteran, tapi justru mengkombinasikan dengan spiritualitas keagamaan. Gubernur Khofifah, diantaranya, menyosialisasikan Li Khamsatun, doa dengan tawasul kepada Rasulullah dan keluarganya.

(Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dalam HUT ke-75 Pemprov Jatim di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Senin (12/10/2020). foto: ist/ bangsaonline.com)

Doa bergenre syair atau nadzam ini adalah ijasah dari Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU) dan Pesantren Tebuireng. Gubernur Khofifah melantunkan doa itu dengan penuh eskpresif dan syahdu. Vokalnya yang prima menyentuh kesadaran publik betapa wabah corona yang menakutkan manusia di semua belahan bumi itu butuh pertolongan Allah SWT, lewat wasilah para manusia agung, Rasulullah SAW, Siti Fatimah, Sayyidina Ali, Hasan dan Husen.

Bunyi lengkap doa itu: Li khomsatun utfi biha harral wabail hathimah. Al-Mustofa wal-Murtadla wabnahuma wa-Fatimah.

Artinya, aku punya lima figur agung. Dengan wasilah lima pribadi agung itu aku berlindung kepada-MU dari panasnya wabah yang menyengsarakan. Lima pribadi agung itu adalah Al-Musthofa (Nabi Muhammad), Al-Murtadlo (Sayyidina Ali), kedua putranya (Hasan-Husen) dan Sayyidah Fathimah.

Nah, upaya dhahiran wabathinan ini kemudian mendapat penghargaan dari Kementerian Republik Indonesia. Penghargaan berupa piagam dan tropi diserahkan langsung oleh Menteri Agama RI Fachrul Razi kepada Gubernur Khofifah yang diwakili Kepala Biro Kesejahteraan Sosial (Kesos) Provinsi Jatim Hudiono, pada acara Malam Penganugerahan dan Rapat Kelulusan UM-PTKIN Tahun 2020 yang digelar di Hotel Harris Vertu Jakarta, Jum'at (21/8/2020) malam.

Tapi adakah barometer untuk mengukur efektivitas doa kita, diterima atau tidak? Allah SWT berfirman: Udu’ni astajib lakum.Mintalah kepadaku, kata Allah, pasti akan saya kabulkan. Tapi dalam kajian ilmu bahasa, frasa astajib itu fi’il mudlari, yang berarti sekarang dan akan datang. Jadi keterkabulan doa itu bisa sekarang tapi juga bisa akan datang. Tergantung kehendak Allah SWT.

Yang pasti, Rasulullah SAW bersabda bahwa wabah penyakit diturunkan kepada manusia tak lepas dari faktor dosa. Nah, langkah Gubernur Khofifah menangani covid-19 dengan cara menggabungkan saintifik kedokteran dan spiritualitas keagamaan sangat tepat. Bukankah istighatsah - yang penuh dzikir - didalamnya juga berisi permintaan ampun atas dosa-dosa?

Dalam perspektif ini religiusitas Gubernur Khofifah sangat jelas dan relevan. Faktanya, Gubernur Khofifah dalam menangani covid-19 tidak hanya menggunakan akal, tapi juga mata batin. Dan alhamdulillah, tren penularan covid-19 terus menurun. Bahkan beberapa hari sebelum aksi demo buruh, Jawa Timur sudah bebas dari zona merah.

Karena itu kita yakin, Jawa Timur dibawah kepemimpinan Gubernur Khofifah bakal bebas dari pandemic covid-19. Bahkan - insyaallah - akan menjadi provinsi gemah ripah loh jinawi.

Bukankah angka kemiskinan terus menurun? Per September 2019 presentase penduduk miskin 10,20 persen, atau menurun 0,65 persen poin dibanding September 2018 yang 10,85 persen. Secara absolut, jumlah penduduk miskin Jawa Timur pada September 2019 sebanyak 4.056.000 jiwa. Jadi, menurun sebanyak 236,15 ribu jiwa dibanding September 2018 yang berjumlah 4.292.150 jiwa.

Sebaliknya, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Jatim, selama tiga tahun terakhir menunjukkan peningkatan. Yaitu masing-masing 70,27 pada 2017; 70,77 pada 2018, dan mencapai 71,50 pada tahun 2019.

Bahkan capaian tahun 2019 tumbuh sebesar 1,03 persen, di atas rata-rata pertumbuhan pada tujuh tahun terakhir (2013-2019) sebesar 0,99 persen.

Maka wajar jika Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Publik (Kementrian PAN dan RB) menobatkan Khofifah sebagai Pemimpin Perubahan.

Penghargaan itu didasarkan pada hasil penilaian berbagai kriteria. Diantaranya, figur seorang wanita memiliki komitmen besar untuk melakukan perubahan dalam menjaga tata kelola pemerintahan yang bersih, baik dan transparan serta berhasil membangun zona integritas secara masif.

Langkah Khofifah itu berbuah predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM) untuk enam unit layanan dan sekaligus menempatkan Pemprov Jatim sebagai penerima penghargaan terbanyak dari seluruh pemerintah provinsi di Indonesia.

Pemprov Jatim juga meraih prestasi kinerja tertinggi atas Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EKPPD) tahun 2019. Penghargaan ini didapat atas Laporan Penyelengaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) tahun 2018 dari Kementerian Dalam Negeri.

Gubernur Khofifah juga meraih Pembina Penghargaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Terbaik 2020.

Khofifah memang pemimpin yang cekatan dan tanggap dalam menyelesaikan persoalan. Karena itu HARIAN BANGSA saat HUT ke-20 menganugerahkan Penghargaan Utama kepada Gubernur Khofifah sebagai Pemimpin Tanggap Trengginas.

Demikianlah, banyak sekali penghargaan diraih Gubernur Khofifah yang tak mungkin ditulis satu persatu di kolom ini. Karena itu – sekali lagi – Jatim di bawah kepemimpinan Gubernur Khofifah, insyaallah mencapai baldatun thayyibatun warabbun ghafur.

Selamat dan sukses HUT ke-75 Pemprov Jatim. Wallahua’lam bisshawab. (*)

--

Lihat juga video 'Detik-Detik Warga Desa Lokki Maluku Nekat Rebut Peti Jenazah Covid-19':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO