Nabi Muhammad Panglima Top, Kenapa Tak Wafat di Medan Perang, Tafsir Al-Quran Aktual HARIAN BANGSA

Nabi Muhammad Panglima Top, Kenapa Tak Wafat di Medan Perang, Tafsir Al-Quran Aktual HARIAN BANGSA Dr KH Ahmad Musta'in Syafi'ie. Foto: NU Online

Dan ini yang paling populer di kalangan pondok pesantren.

Jika masuk kategori bab tiga, maka menjadi: ”Mitta, mitti, Mittu, Mitna“, sewazan dengan “khifta, khifti, khiftu, khifna”. Keduanya ada dalam lughah fusha, meskipun yang versi akhir ini tidak populer di kalangan ilmuwan pondok pesantren, termasuk kurang mendapat perhatian dari kalangan pengajar Bahasa Arab negeri ini.

Ya, tapi di ulum al-qira’ah, dua bacaan itu ada. Keduanya tertera dalam al-mushaf, riwayat al-Imam Hafsh dari al-imam Ashim dan berderajat mutawatirah.

Perhatikan qira’ah pada ayat kaji ini, yaitu: ’Afa’in MITTA fahum al-khalidun”.

Huruf mim, fa’ fi’il dibaca kasrah, “mitta”.

Lalu, bandingkan dengan ayat berikut ini: ”Wa la’in qutiltum fi sabilillah aw MUTTUM…”. “ walain MUTTUM aw qutiltum la-ila Allah tuhsyarun”. (Ali Imran: 157-158). Pada kedua ayat ini, huruf mim dibaca dlammah, “muttum”. Kemudian, menyisakan pertanyaan: apakah ada beda makna, antara : “mata-yamutu” dan “mata-yamatu”.

Dilihat dari postur ayat, “muttum” (mata-yamutu), seperti pada dua ayat Ali Imran di atas, didukung pendekatan munasbah dan siyaq al-kalam, ayat tersebut berbicara pada kontek , berjihad, angkat senjata melawan musuh kafir di medan laga. Maka, kata “mata-yamutu” lebih dipakai untuk kematian spektakuler, seperti kematian dalam jihad di jalan Allah, perjuangan fisik di medan .

Sedangkan “mitta” (mata-yamatu) terbaca bahwa ayat ini mengarah ke diri pribadi Rasulullah SAW. Lihat saja, di mana beliau wafat dan pada keadaan apa..?.

Ternyata beliau SAW wafat di rumah, di tengah-tengah keluarga, bukan di medan . Berdasar ini, maka kata “mitta, mata-yamatu” lebih dipakai untuk kematian biasa, bukan di medan .

Meskipun dalam tafsir al-qur’an dibedakan maknanya antara Mata-Yamutu dan Mata-Yamatu, tapi dalam lughah arabiyah, ‘urf al-isti’mal cukup dipakai yang Mata-Yamutu saja dan itu benar, cukup untuk membahasakan semua jenis dan kondisi kematian. Allah a’lam.

Lalu, apa hikmah Nabi Muhammad SAW wafat di rumah, tidak di medan , padahal beliau adalah panglima paling top..?.

Andai beliau wafat di medan , maka dikhawatirkan kematian beliau sebagai sunnah Rasul, sebagai syari’ah yang wajib diikuti. Dikhawatirkan ada umatnya yang memaksakan diri meniru nabi dalam kematiannya, berusaha mati-matian atau memati-matikan diri di pean dengan dalih ittiba’ lisunnah Rasulillah SAW. Wah.. bisa-bisa di otaknya ada dan terus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Sensasi Naik Kapal Cepat ke Pulau Sabang, Perjalanan Jurnalistik CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO