PONOROGO, BANGSAONLINE.com - Gubernur Jawa Timur (Jatim), Khofifah Indar Parawansa, mengapresiasi inovasi SMKN 1 Jenangan Ponorogo yang berhasil memproduksi alat pengolahan Pupuk Organik Granula (POG), G-ESEMKA. Ia mendorong SMK yang mengubah bentuk jadi badan layanan umum daerah (BLUD) untuk menjadi laboratorium inovasi, sehingga mampu menghasilkan lulusan yang unggul dan kompeten.
“Yang link dan match antara SMK dan industri, dunia usaha dan dunia kerja, sehingga daya saing siswa SMK akan semakin tinggi dan mampu menghadapi persaingan global,” ujarnya saat berkunjung ke SMKN 1 Jenangan Ponorogo, Senin (8/11).
BACA JUGA:
- Smartfren Catat Peningkatan Akses Internet Selama Ramadhan hingga Musim Mudik
- Hardiknas 2024, Khofifah: Maksimalkan Merdeka Belajar, Siapkan Generasi Menuju Indonesia Emas 2045
- May Day Situbondo, Ini 5 Tuntutan Buruh yang Anggap Pemkab Tak Efektif
- Apa Itu WhatsApp Bot? Berikut Penjelasan dan Perbedaannya
Ia menuturkan, siswa harus dimotivasi untuk terus berkarya, berinovasi, dan berkreasi sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Untuk itu, lanjut Khofifah, SMK harus mampu menciptakan atmosfer yang kuat bagi para siswanya agar termotivasi menciptakan terobosan, dan inovasi yang dapat menjadi solusi atas sejumlah persoalan masyarakat.
Menurut dia, inovasi tersebut dapat dikomersilkan pada tahapan selanjutnya. Dengan demikian, wirausahawan-wirausahawan muda yang memiliki keterampilan dan kompetensi yang tinggi bakal tercipta.
“Jadi, lulusan SMK tidak perlu mencari pekerjaan. Sebaliknya, merekalah yang kemudian menciptakan lapangan pekerjaan bagi dirinya dan orang lain,” tuturnya.
Dalam agenda itu, ia memuji mesin G-ESEMKA hasil inovasi siswa dan guru SMKN 1 Jenangan Ponorogo. Mesin tersebut adalah alat pengolahan pupuk organik dengan menggunakan granulator yang difungsikan untuk mengubah material serbuk menjadi butiran (granule) yang sangat diperlukan dalam pembuatan POG.
Khofifah berujar, hadirnya inovasi ini menjadi solusi dalam membantu persoalan lahan pertanian yang semakin rusak akibat penggunaan pupuk kimia, atau pestisida yang berlebih di daerah setempat, sekaligus membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat untuk bergerak di bidang pertanian, khususnya dalam hal pupuk organik.