Tafsir Al-Isra' 78: Malas Shalat Shubuh = Munafik

Tafsir Al-Isra Ilustrasi

Seperti pada doa iftitah, doa pembuka sebelum seseorang memulai baca al-fatihah pada rakaat pertama shalat. "inny wajjahtu wajhiy li al-ladzi fathara al-samawat wa al-ardl." Sungguh kami hadapkan "wajah" kami ke hadapan Dzat yang mencipta langit dan bumi.

Sesungguhnya yang kita hadapkan ke hadirat Tuhan itu adalah totalitas badan kita, sekalian jiwa kita. Tapi dalam pengungkapan ikrar tersebut digunakan kata "wajah" mewakili ke seluruh jiwa dan raga. Wajah ditunjuk menjadi wakil badan karena wajah adalah anggota badan paling mulia, paling pertama dipandang, diperhatikan di antara anggota badan lainnya. Lagian, di dalam wajah atau kepala tersimpan otak yang menjadi bagian utama manusia.

Kata "qur'an" dipahami sebagai "shalat". Pertama, karena di dalam shalat pasti terdapat bacaan al-qur'an, atau sebaliknya. Bahwa al-qur'an harus dibaca dalam shalat sebagai rukun melengkapi sahnya shalat.

Kedua, merujuk alur bahasan ayat atau siyaq al-kalam. Ayat tersebut sejak awal membicarakan soal perintah shalat, sehingga dijadikan dasar tafsir, bahwa yang dimaksud kata "qur'an al-fajr" adalah shalat shubuh, bukan bacaan al-qur'an pada waktu shubuh.

Sedangkan perspektif umum al-lafdh, yakni bertafsir atas dasar arti lafadh secara umum menunjuk, bahwa kata "qur'an" ya bacaan al-qur'an. Maka tafsiran ini lebih menfokuskan makna bacaan al-qur'an ketimbang makna shalat. Jadinya, bacaan al-qur'an sungguh amal bagus, ibadah berpahala. Tetapi jika dibaca pada waktu shubuh maka akan mendapakan nilai tambah tersendiri.

Shalat shubuh atau shalat fajar adalah shalat di pagi buta ketika umumnya orang masih lelap tidur. Di sini, keimanan seseorang diuji, antara terus mendekur menuruti nafsu atau bangun, bersuci, ke masjid dan shalat. Mereka yang keimanannya tipis, pasti berat dan bermalas-malasan. Nabi SAW menyindir, bahwa shalat subuh paling dibenci kaum munafik.

Sementara orang beriman berusaha sekuat tenaga untuk memburu kebajikan pada shalat shubuh, sehingga giat dan disiplin. Bila sudah terbiasa ke masjid untuk berjamaah shubuh, maka semengantuk apapun, misalnya pulang tengah malam, tidur cuma sebentar, maka nanti pada waktu shubuh pasti dibangunkan oleh Tuhan dan diringankan ke masjid. Seolah ada yang hilang dan menyesal bila kebablasan tidur dan tidak berjamaah shubuh.

*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO