Bripka Seladi Mengais Berkah di Tumpukan Sampah, Ingin Anaknya Jadi Polisi Jujur

Bripka Seladi Mengais Berkah di Tumpukan Sampah, Ingin Anaknya Jadi Polisi Jujur Bripka Polisi Seladi memimilah-milah sampah bersama Dimas anaknya.

Di gudang yang lembab itulah dia dan anaknya setiap hari bergelut dengan sampah. Tekadnya untuk mendidik anak-anaknya meraih cita-cita yang membuat dirinya tidak ingin mengambil jalan pintas untuk menjadi kaya.

Bahkan, dengan jalan mendidik anaknya bekerja keras seperti ini bisa menjadikan anaknya merasakan susahnya orang bekerja dan mencari nafkah. Namun, dengan cara yang jujur dan halal. “Sampah ini bisa menjadi uang, eman ini rezeki kenapa dibuang-buang,” ujarnya.

Selain menjadikan sebagai usaha sampingan, pekerjaan ini juga disiapkan untuk masa pensiun agar ada kesibukan dan menambah penghasilan. Anaknya yang kedua, Dimas juga termasuk penurut dan selalu membantunya memilah sampah di gudangnya.

“Cita-citanya ingin menjadi polisi dan sekarang sudah daftar, mohon doanya agar bisa lulus dan menjadi polisi yang jujur,” kata Seladi yang mengaku tidak punya dekengan atau orang dekat baik pejabat maupun polisi.

Pekerjaan memulung sampah ini bukan tanpa cibiran rekan kerjanya maupun orang sekitar. Ia mempunyai prinsip membantu semua orang dengan ikhlas tanpa pamrih dan sabar menghadapi kehidupan ini. Kalau dulu rekan-rekannya cuek dan acuh terhadap kebiasaannya mengumpulkan sampah, kini banyak orang di lingkungan kerjanya memberikan sampah dan semua botol bekas dan sampah diberikan kepadanya.

“Dulu banyak yang acuh, sekarang malah ditawari banyak barang bekas. Yang penting tidak menyalahi aturan dan tidak mengganggu teman. Cari yang halal dan barokah agar anak-anak saya sukses,” tuturnya sembari memilah sampah.

Meski berjibaku dengan sampah hampir setiap hari, dirinya mengaku sehat-sehat saja dan tidak menderita penyakit serius. Setiap hari antara Rp25 ribu hingga Rp 50 ribu bisa dihasilkannya dari sampah.

Di lingkungan kerjanya yang bisa dikatakan “lahan basah” tak membuatnya tergoda. Kalau ada orang yang akan memberi dimintanya untuk memberikannya ke masjid atau anak yatim.

Ia pun mengatakan seraya sedikit bercanda, “Seumpama mau menerima saya bisa saja jadi kaya, lha tidak minta saja kadang diberi. Bayangkan kalau per orang Rp 50 ribu, dan yang memberi ada 10 sudah Rp500 ribu. Dan bisa Anda hitung sendiri itu kalau dilakukan selama 16 tahun,” katanya seolah memang banyak godaan di lingkungan kerjanya.

Namun bukan itu yang dicarinya karena menurutnya penghasilan semacam itu tidak barokah. “Saya ya cari sampingan dengan sampah ini, mudah-mudahan anak-anak saya yang saya didik dengan jujur ini bisa menjadi polisi meneruskan saya,” harapnya.

Baginya, ada dua pilihan rezeki yang bisa dipilih manusia di dunia ini. Rezeki yang baik dan rezeki yang buruk. “Semua ada konsekuensinya, tergantung memilih yang mana orang itu,” pungkasnya. (ful/okz)

Sumber: okezone

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'SMPN 1 Kertosono Launching Digitalisasi Sekolah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO