Tafsir Al-Nahl 69: Lebah, Pilot yang tak Pernah Tersesat

Tafsir Al-Nahl 69: Lebah, Pilot yang tak Pernah Tersesat

Sebut saja satu koloni beranggotakan 15.000 ekor lebah dan jarak antara rumah dan tempat mencari makan bisa sejauh 12 km. Lebah pencari lokasi baru terbang terpencar dan saling berjauahan. Lebah ini rajin menandai dengan rambu khusus pada setiap jalur penerbangan yang ia lewati untuk memudahkan mereka kembali ke basecamp.

Itulah "wahyu" yang diberikan Tuhan sehingga mereka tidak pernah tersesat, meski lepas dari rumah sejauh 10 kilometer.

Bila seekor di antara mereka telah menemukan lahan baru, dia langsung pulang dan memberi tahu teman-teman pencari makan tentang kondisi lahan baru itu, lengkap ciri-ciri, arah dan rutenya. Di sinilah terjadi komunikasi yang menakjubkan. Lebah penemu itu mem-briefing mereka pakai suara dengung dan desing, disertai gerakan khusus semacam tarian-tarian dengan koreografi yang sudah dibakukan dan dimengerti.

Langgam tarian dan koreografi itu menunjukkan arah, perkiraan jarak, tanda-tanda alam yang ada sepanjang rute dan sebagianya.

Tingkat akurasi informasi ini bisa dibilang 100 persen dengan resiko kegagalan nol persen, lebih lagi didukung pedoman posisi matahari dan arah angin.

Selanjutnya, para pencari makan segera terbang menuju lahan baru dipimpin oleh lebah senior tanpa harus dikawal oleh lebah penemu. Orang Arab menyebut pilot senior itu dengan "Ya'sub".

Penerbangan itu berpedoman pada petunjuk yang telah diterima, sehingga lahan mudah ditemukan. Jika sang navigator dirasa salah arah atau keliru membaca rute, maka co-navigator yang terbang mendampingi segera menegur dan mendiskusikan. Tapi ini sangat kecil dan hampir tidak pernah terjadi.

Setalah tugas selesai, lebah penemu dibolehkan istirahat atau membantu pekerjaan rumah bersama teman yang lain. Itulah kira-kira makna "menempuh jalan yang sudah digariskan Tuhan dengan penuh kepatuhan". "fasluki subul rabbik dzulula".

Seluruh anggota koloni patuh pada aturan yang telah dibuat sendiri. Kata dzulula (dzalil) pada ayat studi ini juga bermakna merendah dalam artian gerakan mereka lembut dan sangat hati-hati sehingga tidak merusak lingkungan secara signifikan, meski mereka pekerja keras dan pemakan yang rakus.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO