Bedah Buku di Dewan Pers, Khofifah: Kiai Asep Energi Positif, Perlu Ditulis Manajemen-Leadearshipnya

Bedah Buku di Dewan Pers, Khofifah: Kiai Asep Energi Positif, Perlu Ditulis Manajemen-Leadearshipnya Para pembicara bedah buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan karya M Mas'ud Adnan di Gedung Dewan Pers Jalan Kebon Sirih Jakarta, Selasa (23/8/2022). Tampak dari kiri: Dr KH As'ad Said Ali, Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, M Mas'ud Adnan, Idy Muzayyad dan Yusron Aminulloh. Foto: bangsaonline.com

“Saya kan orang Kudus. Ayah saya selalu cerita bahwa Sunan Kudus itu kaya dan pinter. Saya dulu gak tahu apa maksudnya,” ungkap Kiai As’ad yang juga mantan Wakil Ketua Umum PBNU.

Sekarang, tutur Kiai As'ad, dirinya baru tahu bahwa ulama itu harus kaya dan pintar seperti Kiai Asep ini. “Mbah saya juga bilang kepada saya dan saudara-saudara, yang jadi kiai cukup satu saja. Tidak boleh jadi kiai semua. Saudara-sauadara yang lain disuruh kerja semua, mencarikan uang untuk membiayai saudara yang jadi kiai itu,” kata Kiai As’ad lagi sembari menyebut saudaranya yang diproyeksikan jadi kiai.

Kiai As’ad juga bercerita bahwa sewaktu memiliki jabatan dirinya selalu membantu orang atau lembaga sampai miliaran rupiah. “Sekarang tetap membantu tapi tak banyak,” katanya.

Uniknya, menurut Kiai As’ad, meski dirinya suka memberi orang lain, tapi oleh Kiai Asep masih diberi uang. “Uang itu ditaruh dalam sarung. Ya sudah saya terima,” kata Kiai As’ad. Kiai Asep selain gemar memberi uang juga suka memberikan sarung.

Kiai Asep juga mengomentari Kiai Asep sebagai guru besar. Menurut dia, Kiai Asep bukan guru besar yang hanya mengajar. “Kalau profesor hanya mengajar, itu sudah biasa,” katanya.

Kiai Asep, tutur Kiai As’ad, adalah guru besar sekaligus intelektual. Kiai Asep mampu mengubah lingkungannya menjadi lebih baik. “Sekarang Pacet berubah jadi kota kecil,” kata alumnus UGM yang masih kerabat dekat KH Sahal Mahfudz, Rais Am Syuriah PBNU periode 1999-2014.

Bahkan, menurut Kiai As’ad, Kiai Asep sekarang tidak hanya seorang ulama miliarder yang punya puluhan ribu santri tapi menjadi kekuatan politik nasional. Ia menyebut bukti sukses Kiai Asep membangun Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu).

“Sekarang sudah 17 ribu titik di seluruh Indonesia. Ini kan menjadi kekuatan politik,” tegas Kiai As’ad.

Sementara Mas’ud Adnan mengatakan bahwa Kiai Asep menarik ditulis karena banyak hal. Diantaranya prestasi dan dedikasinya dalam mendirikan Pondok Pesantren di Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur.

“Hanya dalam waktu singkat santrinya sudah mencapai 12 ribu orang,” tegas CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com itu.

Menurut Mas’ud Adnan, Kiai Asep juga piawai mencetak santri berprestasi. "Santrinya hebat-hebat. Banyak yang diterima di perguruan tinggi luar negeri, seperti Mesir, Maroko, Rusia, Cina, Amerika, Singapura, Inggris dan negara lainnya. Apalagi pergurun tinggi dalam negeri, seperti ITB, Unair, ITS, UI dan sebagainya, selalu ada santri ,” tegas alumnus Pesantren Tebuireng dan Pascasarjana Unair.

Kiai Asep, tegas Mas’ud Adnan, juga telah mengubah paradigma kekiaian di Indonesia. Terutama dalam bersedekah.

“Biasanya, kalau kita sowan pada kiai kan kita yang menyalami uang karena tabarrukan pada kiai. Tapi kalau kita sowan Kiai Asep malah kita yang dikasih uang dan sarung,” kata Mas’ud Adnan yang selama ini telah banyak menulis buku, antara lain: Gus Dur Hanya Kalah dengan Orang Madura dan beberapa buku tentang Gus Dur dan NU.

Yang menarik, Idy Muzayyad, mantan Ketu Umum IPNU, justru minta ijazah agar bisa kaya seperti Kiai Asep. “Tapi ijazahnya yang ringan-ringan saja Kiai, sebab kalau ijazahnya berat saya tak sanggup melakukan,” kata Idy yang disambut tawa peserta bedah buku.

Kiai Asep langsung memberikan ijazah. Yaitu salat malam 12 rakaat plus salat witir 3 rakaat. Juga disertai doa khusus. Salat malam dan doa itu, menurut Kiai Asep, diambil dari Kitab Ihya Ulumiddin, karya Hujjatul Islam Imam Ghazali.

Mengutip narasi kitab itu, Kiai Asep mengatakan bahwa salat malam dan doa itu sangat istijabah. K “Doanya ada dalam buku itu,” tutur Kiai Asep. Doa ada pada bagian akhir buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan itu. “Addu’a alladzi la yuraddu. Doa yang tak akan ditolak oleh Allah,” tegas Kiai Asep sembari mengatakan bahwa salat malam dan doa itulah kunci suksesnya selama ini.

“Namun kalau minta ijazah yang ringan gak apa-apa. Panjenengan baca doa Hasbunallah sayu’tinallah minfadlihi warasuluhu inna ilallahi raghibun. Baca setiap habis salat Subuh dan sehabis salat Ashar 10 kali,” kata Kiai Asep.

Acara bedah buku itu digelar Forum Jurnalis Wakaf Indonesia (Forjukafi) yang dipimpin Wahyu Muryadi, wartawan senior. Forjukafi bekerjasama dengan Jalasutra dan Persatuan Guru Nadlatul Ulama (Pergunu).

Banyak tokoh hadir dalam acara bedah buku yang dimoderatori Yusron Aminulloh itu. Antara lain Dr KH Cholil Nafis (Ketua MUI Pusat), Dr KH Mujib Qulyubi (mantan Wakil Katib Syuriah PBNU), Dr Aris Ade Laksono (Sekjen Pergunu), Dr Saefulloh (Ketua Pergunu Jabar), Dr Eng Fadly Usman (Waketum Pergunu), Mukhas Syarqun (penulis buku eksklopedi Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari dan Gus Dur), Mabroer MS (wartawan senior) serta para tokoh lain. 

Buku ini sudah dibedah di Palembang, Denpasar Bali, Maros Sulawesi Selatan, di Kongres ke-3 Pergunu di Pacet Mojokerto, dan kini di Jakarta.  (mma)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO