Kata dia, jalan cerita yang sering dimainkan dari kesenian itu lebih banyak mengambil cerita menak, seputar kisah Umar Maya, Amir Hamzah, Damar Wulan, Cerita Panji, sejarah Majapahit, dan kisah Betoro Kolo yang biasa dipentaskan untuk ruwatan.
"Dengan perkembangan zaman yang serba modern, kesenian ataupun budaya yang asli berasal dari Bojonegoro ini harus dilestarikan dan jangan sampai musnah di telan bumi," ucapnya.
Kampung Thengul itu ia dirikan awal tahun lalu, dengan tujuan agar generasi penerus bisa lebih kenal dan faham sejarah Bojonegoro. Aktivitas di Kampung Thengul itu latihan menari setiap Minggu dengan anak-anak kecil.
"Kami mempunyai sanggar Tari Thengul, dan Alhamdulillah banyak peminat dari kalangan anak-anak kecil untuk belajar menari khas dari Bojonegoro ini," tuturnya.
Camat Margomulyo Dyah Enggarini mengapresiasi penggiat budaya di desa setempat. Ia ingin memberikan nilai tambah dari seni yang sudah ada embrionya tersebut, yaitu dengan menghadirkan dalang sekaligus pembuat Wayang Thengul.
"Kami ingin Wayang Thengul tidak hanya sebagai pementasan wayang saja, tetapi juga akan mengangkat Thengul ini menjadi sebuah seni atau budaya yang memberikan nilai ekonomi kepada warga dan dapat memberikan edukasi kepada generasi masa kini untuk melestarikan dan mencintai budaya khas Bojonegoro," harapnya. (nur/ari)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News