“Satu keluarga ada yang kehilangan 5 anggota keluarga (mati terserang Covid-19). Ini bukan kata orang. Tapi saya tahu sendiri. Karena yang meninggal itu adalah kerabat saya sendiri. Mereka satu keturunan dengan saya, dari Bujuk Abdullah. Kata orang Klampis Bujuk Kolla,” Kiai Imamul Muttaqin.
Ia menyampaikan pernyataannya itu dalam bahasa Madura. “Jadi bukan main-main Corona ini. Sekarang (Corona sedang) membantai (warga) Bangkalan dan Arosbaya. Itu baru di Bator Klampis saja. Belum di Arosbaya. Kalau Arosbaya kan memang zona merah,” tambahnya sembari mengatakan bahwa di Kecamatan Arosbaya korban Covid-19 jauh lebih besar lagi.
Menurut Kiai Imam Muttaqin, kini warga kewalahan karena banyaknya orang meninggal. “Sampai di Klampis jadi omongan. Kalau meninggal sekarang tak ada kiai yang menalqini. Saking parahnya. Bahkan Puskesmas sekarang lock down. Tutup. Sudah gak muat. Apotik juga tutup. Petugasnya takut untuk melayani. Karena parahnya,” katanya.
Pandemi besar seperti ini, menurut Kiai Imam Muttaqin, pernah terjadi saat Umar Bin Khattab menjadi Khalifah. Saat itu pandemic melanda provinsi Syam. Wabah itu sangat parah.
“Saking parahnya orang Islam yang meninggal mencapai 25 ribu orang,” katanya. Termasuk sahabat Muadz bin Jabal, Gubernur Syam.
Karena tak kunjung teratasi, maka Sayyidina Umar lalu mengutus tokoh muda Amr bin Ash. “Amr Bin Ash lalu mencermati dan meneliti jenis atau ciri-ciri wabah itu. Amr Bin Ash kemudian berkesimpulan bahwa wabah itu seperti api, sedang manusia adalah kayu bakarnya,” kata Kiai Imam Muttaqin.
Amru bin Ash kemudian memberikan solusi: warga harus berpencar, jangan berkerumun, agar api itu tidak menemukan manusia (berkerumun) sebagai kayu bakar. Api itu pun mati sendiri.
“Sekarang di Bangkalan, terutama Klampis dan Arosbaya, api itu sedang membara. Mari masyarakat jaga jarak, jangan berkerumun. Agar apinya mati sendiri,” katanya sembari mengajak masyarakat mematuhi protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah.
Jadi, menurut dia, Covid-19 yang kini menyerang Bangkalan, terutama Klampis dan Arosbaya, itu nyata dialami masyarakat setempat. Karena itu ia minta jangan berkomentar sembarangan. “Sudah nggak bantu (menangani Corona) masih berkomentar sembarangan. Kalian kan belum terserang Corona. Coba kalau kalian terserang Corona lalu keluarganya mati sampai 5 orang, bagaimana perasaannya,” sesalnya.
Ia juga minta agar masyarakat tidak percaya pada omongan orang di media sosial yang meremehkan Covid-19. Menurut dia, kalau ingin tahu kondisi Klampis dan Arosbaya yang sebenarnya, berkomunikasi langsung saja dengan warga Klampis dan Arosbaya.
“Kalau datang (ke Arosbaya dan Klampis) kan gak bisa (karena ketat). Tapi cobalah berkomunikasi langsung (lewat HP),” pintanya. “Jangan mendengarkan omongan di facebook. Karena yang komentar itu biasanya bukan orang Bangkalan (sehingga tak tahu kondisi yang sebenarnya),” katanya. (tim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News