Kiai Khotib sendiri mengaku pernah diundang menjadi narasumber oleh Universitas Muhammadiyah untuk membahas masalah tersebut.
"Ya alasan itu (dunia bulat) yang saya sampaikan di Universitas Muhammadiyah," tegsnya.
Menurut dia, memang Muhammadiyah yang mewacanakan Kalender Hijriayh Islam Global. Tapi Muhammadiyah sendiri tak mempraktikkan kalender global.
"MD (Muhammadiyah-Red) yang mewacanakan kalender global, tapi dalam kesehariannya tidak menggunakan (Kalender Hijriayh Islam Global-Red)," tambahnya.
Jadi, menurut dia, Muhammadiyah hanya berwacana saja.
"Dalam dunia keilmuan (wacana itu) sah-sah saja," katanya sembari tersenyum.
Seperti diberitakan, Ketua Umum (Ketum) PP Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan bahwa umat Islam sedunia memiliki sebuah tantangan. Yaitu mencari solusi untuk memberi kepastian tentang disepakatinya kalender Hijriyah Islam Global tunggal untuk penentuan awal Ramadan, Idulf Fitri, dan Idul Adha.
Ia menyayangkan jika kaum muslim dunia masih menggunakan cara lama dengan menentukan kehadiran bulan baru.
"Malu rasanya di era abad ilmu pengetahuan dan hadirnya kalender masehi yang telah lama jadi rujukan pasti, kaum muslim sejagad masih berkutat pada ketidakpastian dalam penentuan kehadiran bulan baru. Bagaimana ke depan mencari ijtihad solutif bagi seluruh dunia muslim untuk memberi kepastian tentang disepakatinya kalender hijriyah Islam global tunggal," ujar Haedar dikutip dalam laman resmi Muhammadiyah, Selasa (12/3/2024).
"Umat Islam masih belum beranjak maju ke tingkat peradaban tinggi berbasis ilmu pengetahuan yang memberi kepastian optimum. Seraya meninggalkan ketidakpastian dalam menentukan awal Ramadan, Idulfitri, dan Iduladha," tambah Haedar Nashir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News