MATARAM, BANGSAONLINE.com - Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A., empat hari (Jumat-Senin, 12 -15 Maret 2021) di Nusa Tenggara Barat (NTB). Kiai miliarder tapi dermawan itu menghadiri acara Pergunu dan PCNU serta silaturahim dengan para tuan guru, ulama, dan pejabat. M Mas’ud Adnan, Komisaris Utama HARIAN BANGSA, BANGSAONLINE.com, dan TV BANGSA yang ikut dalam rombongan itu menuliskan laporannya berikut ini.
Redaksi
BACA JUGA:
- Masih Wakil Bupati, Gus Barra sudah Bantu Rumah Warga Terbakar dan Gratiskan Mobil Pengantin
- Wakil Ketua Umum DPP PAN Beri Rekom ke Gus Barra di Pilkada 2024
- Dandim 0815 Mojokerto Silaturahim, Kiai Asep Tunjukkan Prestasi Santri Amanatul Ummah
- Kiai Asep Bertemu Demokrat dan Golkar Lagi, Emil Dardak: Jangan Ada Sedikit pun Keraguan
Sore itu Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim turun dari kamar lantai 6 Lombok Astoria Hotel Mataram NTB.
Tak lama kemudian telepon di kamar saya - di hotel yang sama – berdering. “Pak ditunggu di lobi, Kiai Asep sudah turun, Bu Baiq sudah datang,” kata KH Fathurrohman, ajudan Kiai Asep.
Yang dimaksud Bu Baiq adalah Dr. Baiq Mulianah, Rektor Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) dan juga Ketua Pengurus Wilayah (PW) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) NTB. Bu Baiq juga Ketua PW Muslimat NU NTB. Bahkan juga Pengasuh Pondok Pesantren NU Al-Manshuriah Ta'limusshibyan Sengkang Bonder Praya Barat Lombok Tengah NTB.
Wanita energik ini memang memiliki banyak jabatan strategis. Maklum, perempuan berkulit putih ini selain punya basis intelektual juga memiliki kemampuan dan keramahan komunikasi sosial sangat bagus.
Tak aneh jika banyak pihak hormat dan menyukai perempuan bangsawan ini. Ia punya relasi dan jaringan sosial sangat luas, terutama dengan para pejabat dan ulama atau tuan guru dan kiai. Semua tokoh NTB – pejabat dan kiai atau tuan guru – mengenal secara baik Baiq Mulianah.
Bu Baiq inilah yang mengawal Kiai Asep dan rombongan selama empat hari di NTB.
Sore itu Kiai Asep dan rombongan meluncur ke rumah makan di Lombok Tengah. Ternyata Baiq Mulianah bersama Rais Syuriah PCNU Lombok Tengah KH Maarif Makmur telah mengatur pertemuan Kiai Asep dengan Bupati Lombok Tengah Lalu Pathul Bari.
Saat tiba Kiai Asep langsung makan. Menu ini disiapkan Bu Baiq. Namun ia mengingatkan bahwa Bupati Pathul Bari juga menyiapkan menu makanan untuk Kiai Asep dan rombongan. Di ruang lain, di rumah makan yang sama.
“Nggak apa-apa nanti makan lagi. Untuk menghormati,” kata Kiai Asep sembari menyudahi makannya. Kiai Asep langsung beranjak. Ia mengajak saya dan Kiai Fathurrohman pindah tempat. Ke ruangan yang sudah direservasi Bupati. Sementara rombongan Kiai Asep yang lain tetap melanjutkan makan.
Di ruangan baru ini kami menunggu. Tak berselang lama Rais Syuriah PCNU Lombok Tengah KH Maarif Makmun datang. Diiringi dua orang. Yang satu duduk di sebelah kanan Kiai Maarif. Satunya lagi di sebelah kiri.
Kami dalam posisi berhadapan. Saya duduk di sebelah kiri Kiai Asep. Semula saya duduk di kursi di meja lain. Agak berjarak. Tapi Kiai Asep minta saya pindah ke kursi di sebelah kirinya.
Kiai Fathurrohman ikut pindah. Tapi di sebelah kiri saya. Saya pun berada di tengah, antara Kiai Asep dan Kiai Fathurrohman. Sedang Dr. Baiq Mulianah berada di sebelah kanan Kiai Asep.
Kami pun makan lagi. Tapi saya mulai penasaran. Kok bupatinya belum juga datang. Sambil makan saya terus melihat ke pintu. Barang kali bupatinya segera datang. Tapi tak ada orang datang lagi.
Saya baru tahu setelah makan hampir selesai. Ternyata Bupati Lombok Tengah Lalu Pathul Bari itu sudah datang. Ya, orang yang berada di sebelah kiri Kiai Maarif Makmun itulah bupati yang ditunggu. Penampilannya sangat sederhana, tidak formal, apalagi perlente sebagaimana umumnya pejabat.
Saya sama sekali tak menyangka. Karena – maaf – dari segi performance sang bupati– meminjam istilah orang Jawa – nggak dayani. Ia berkopiah putih, pakai sarung dan baju lengan panjang yang tampaknya bukan baju berkelas.
Penampilan Bupati Pathul Bari memang tak seperti bupati pada umumnya. Jauh dari perlente. Juga tak didampingi ajudan yang biasanya – maaf – penampilan dan sikapnya lebih bupati dari pada bupatinya sendiri.
Penampilan sang bupati ala santri ini semakin membuat saya penasaran. Maka saya pun banyak mengajukan pertanyaan. “Saya Ansor jaman Gus Ipul. Dan juga PMII,” kata Bupati Pathul Bari.