MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur minta masyarakat waspada terhadap gerakan komunis. Menurut dia, gerakan komunis akan selalu memanfaatkan peluang, termasuk pandemik Covid-19 yang melanda negeri kita. Sebab, ideologi tak mati begitu saja, meski wadah formalnya, organisasi PKI, sudah dibubarkan dan dilarang.
Hal itu disampaikan Kiai Asep Saifuddin Chalim, M.Ag., saat memberikan taushiah dalam Munajat kepada Allah SWT untuk memutus mata rantai virus corona di Guest House Institut KH Abdul Chalim Pacet Mojokerto, Jawa Timur, Kamis (9/7/2020) malam.
BACA JUGA:
- Dandim 0815 Mojokerto Silaturahim, Kiai Asep Tunjukkan Prestasi Santri Amanatul Ummah
- Positif Usung Gus Barra, 5 Parpol Tak Buka Penjaringan Cabup Mojokerto
- Sedekah Kiai Asep Turun Rp 5 Miliar, Dulu Rp 8 Miliar hingga Rp 10 Miliar, Kenapa
- 280 Santri Amanatul Ummah Lolos SNBP, 31 Siswa Diterima Kedokteran, Kuliah di Luar Negeri Beasiswa
Dalam acara munajat itu hadir para kiai, di samping pejabat. Tampak antara lain Wakil Bupati Lamongan Kartika Hidayati, Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jawa Timur Drs. KH. Muhammad Roziqi, Ketua PCNU Mojokerto KH. Abdul Adhim Alwi, Ketua PCNU Probolinggo KH Jamaluddin, Plt. Ketua Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kabupaten Mojokerto H Ahmad Baidowi, Ketua PCNU Lamongan Dr. H. Supandi Awaludin, dan para kiai yang lain.
Munajat itu berupa ritual salat malam 12 rakaat dengan 6 kali salam. Kemudian disempurnakan salat witir tiga rakaat dengan dua kali salam. Usai salat malam para kiai yang dipimping Kiai Asep Saifuddin Chalim melakukan istighatsah dan doa bersama.
Dalam acara itu Kiai Asep sempat menyinggung kasus 7 santri Pondok Modern Gontor yang terjangkit virus corona. Ia berharap semua para pimpinan pondok pesantren waspada dan hati-hati agar kasus ini tak terjadi di pondok pesantren yang lain.
Kiai Asep juga minta waspada terhadap kelompok-kelompok tertentu yang memanfaatkan kasus santri Gontor ini untuk memojokkan pondok pesantren. Sebab, menurut Kiai Asep, mulai muncul pemberitaan media Jakarta yang cenderung memframing kasus santri Gontor itu sebagai klaster baru.