PROBOLINGGO, BANGSAONLINE com - Wakil Ketua Lakpesdam PBNU, Hasanudin Ali menegaskan, secara organisatoris NU tidak boleh terlibat dalam politik praktis, namun bukan berarti santri tidak boleh berpolitik.
Hal itu, disampaikan Hasanudin Ali saat menghadiri Halaqah Peradaban ke II di Ponpes Raudhatul Muhta'alimin Kota Probolinggo, Jumat (22/12/2023).
BACA JUGA:
- Wali Kota Surabaya Pilih Hadiri Acara Lazismu Dibanding Halal Bihalal PCNU, Ada Apa?
- Konfercab NU Jombang 2024 Digelar Bertajuk Merajut Silaturahmi Membangun Sinergi dan Kolaborasi
- PCNU Surabaya Gelar Halal Bihalal Sekaligus Lomba ini
- Khofifah Ajak Muslimat NU di Kabupaten Malang Jadi Garda Terdepan Turunkan Stunting
"Kalau santri berpolitik, kita kembalikan lagi kepada personal santrinya. Jadi bukan berarti santri itu tidak boleh berpolitik," katanya.
Ia mengatakan, siapapun nanti yang terpilih menjadi pemimpin pada Pemilu 2024 mendatang, NU tetap berpegang teguh pada politik kemanusiaan dan kebangsan.
"Apalagi peradaban manusia itu setiap saat bisa berubah. Sehingga arti peradaban itu sangat luas maknanya," katanya.
Sementara itu, pengasuh Ponpes Raudhatul Muta'alimin, Abdul Aziz mengatakan, pihaknya sangat mendukung jika ada santri yang berpolitik.
Bahkan, pesantren harus mendukung jika ada santri yang berpolitik.
"Jika kita acuh tak acuh terhadap politik maka kita akan rugi. Karena kebijakan itu diatur oleh politik. Seperti pendidikan, izin pendirian pesantren dan lain sebagainya. Semua itu diatur oleh kebijakan politik," katanya. (ugi/sis)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News