MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada KH Abdul Chalim dari Pemerintah Indonesia, mendapat sambutan hangat dari para tokoh agama, akademisi, DPRD, hingga masyaralat luas.
KH Abdul Chalim lahir di Kecamatan Leuwimunding Majalengka Jawa Barat tahun 1898. KH Abdul Chalim merupakan ayah kandung dari Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim atau Kiai Asep, pengasuh Ponpes Amanatul Ummah, Pacet, Mojokerto yang merupakan Abah dari Wakil Bupati Mojokerto.
BACA JUGA:
- Keren! Nama Kiai Pendiri NU Diusulkan Jadi Nama Bandara Internasional Jawa Barat
- Konfercab NU Jombang 2024 Digelar Bertajuk Merajut Silaturahmi Membangun Sinergi dan Kolaborasi
- Masih Wakil Bupati, Gus Barra sudah Bantu Rumah Warga Terbakar dan Gratiskan Mobil Pengantin
- Gunakan 9 Becak, Mantan Rektor Daftarkan Diri sebagai Bacawabup Jember ke PKB
"Selamat atas pengukuhan Almarhum KH Abdul Chalim sebagai pahlawan nasional. Saya serta para pengurus PCNU dan FKUB Kabupaten Mojokerto ikut bangga punya tokoh yang dikukuhkan menjadi Pahlawan Nasional," ungkap KH Abdul Adzim Alwi, Ketua PCNU dan Ketua FKUB Kabupaten Mojokerto.
Menurut Kiai Adzim, Almarhum KH Abdul CHalim bukan kiai biasa. KH Abdul Chalim adalah seorang yang alim dan kaya ilmu agama serta berwawasan luas.
"KH Abdul Chalim adalah ulama hebat yang ikut berkontribusi besar dalam berdirinya Nahdlatul Wathon dan berperan penting dalam merebut kemerdekaan negara tercinta Republik Indonesia," ungkapnya.
KH Abdul Chalim juga ikut berjuang bersama dengan KH Wahab Hasbullah dalam membidangi gerakan-gerakan seperti pendirian Nahdlatul Wathon yang akhirnya terkemas di dalam organisasi Nahdlatul Ulama.
"Walaupun dari Jawa Barat, tapi semenjak pendirian NU di tahun 1926, beliau (Kiai Abdul Chalim) hijrah di Surabaya untuk berdakwah dan berjuang mengusir penjajah. Untuk itu, Kiai Asep dan Gus Barra berasal dari keturunan-keturunan yang tentunya nasabnya bukan nasab yang sembarangan, tapi dari keturunan seorang kiai hebat dan mumpuni serta pejuang nasional yang ikut mengusir penjajah dan berkontribusi dalam kemerdekaan negara tercinta Republik Indonesia," jelas Kiai Adzim.