Disdikpora Nganjuk Bentuk Tim Investigasi Tindaklanjuti Aksi Dua Guru SMPN 4

Disdikpora Nganjuk Bentuk Tim Investigasi Tindaklanjuti Aksi Dua Guru SMPN 4 Dua mobil milik Suprianto dan Heri Santoso di parkir di halaman SMPN IV Nganjuk. Kedua mobil milik pengajar ini dipenuhi kalimat sindiran pedas yang ditujukan kepada kepala sekolah. foto: soewandito/BANGSAONLINE

NGANJUK, BANGSAONLINE.com - Tindakan nyleneh yang dilakukan dua oknum guru SMPN 4 Nganjuk yang mencoret mobilnya dengan kata-kata pedas sebagai bentuk protes terhadap kebijakan kepala sekolah, mendapat tanggapan dari Dinas Pendidikan, Pemuda, Olahraga dan Kebudayaan (Disdikporada) Nganjuk.

Sebelumnya dua guru melakukan aksi mencoret mobil miliknya dengan kalimat kritik lantaran Kasek tempat keduanya mengajar dinilai tidak transparan terhadap pengelolaan dana bos, juga pungutan-pungutan yang dianggap tidak jelas.

Sekretaris Disdikporada Nganjuk, Ibnu Hadjar mengatakan, pihaknya sudah mendapat laporan secara lisan terkait aksi nyeleneh guru SMPN 4 Nganjuk tersebut. Meskipun menilai kurang pas secara etika, namun Ibnu Hajar mengaku masih harus mendalami akar permasalahannya yang membuat terjadinya aksi tersebut di dalam lingkungan sekolah.

“Kami sudah membentuk tim khusus, mengatasi masalah di SMPN 4 Nganjuk, termasuk menerjunkan pengawas pendidikan,” katanya

Karena itu, Ibnu belum mau buru-buru menyimpulkan, termasuk terkait dugaan penyelewengan yang dilakukan petinggi sekolah setempat, apalagi menjatuhkan sanksi. Hanya, ia meminta antara kedua belah pihak, baik kepala sekolah maupun guru, untuk mengurangi intensitas ketegangan. 

“Kami berharap, untuk tidak diteruskan aksi protes yang ditulis di mobil, apalagi dibaca peserta didiknya, itu tidak mencerminkan sebagai guru yang baik,” ujar Ibnu dihubungi lewat ponselnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Heri Santoso, (50), guru olah raga dan Supriyanto, (49) guru Fisika masih tidak mau melepas tulisan yang ditempel di mobil miliknya. Tulisan pedas ditujukan kepada kepala sekolah karena tidak puas terhadap kebijakan yang diambil lantaran dinilai terlalu arogan dan sering menimbulkan konflik di internal sekolah. 

Selain itu, dua orang guru tersebut juga mempersoalkan pengelolaan dana bantuan operasional sekolah (BOS). Selama dipimpin Joko Kuwoto, keduanya menilai tidak ada transparan dalam pengelolaan, sehingga laporan yang diterima guru, saldo BOS selalu defisit. Sehingga, masih menurutnya, banyak kegiatan yang peningkatan mutu pendidikan tersendat. (dit/rvl)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO