MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Teladan Syech Jumadil Kubro dalam menyebarkan Islam di Pulau Jawa, banyak dituturkan kembali dalam berbagai hikayat seperti babat, serat dan penuturan masyarakat.
Pada pengajian Haul Syech Jumadil Kubro ke-643 Tahun 2018 yang diperingati pada Jumat (28/9) malam lalu di pelataran Makam Troloyo Trowulan, Wakil Bupati Mojokerto Pungkasiadi mengajak semua untuk meneladani kisah tokoh besar yang luar biasa ini.
BACA JUGA:
- Polisi di Mojokerto Tangkap 2 Jambret dari Surabaya
- Gerak Cepat Sidokkes Polres Mojokerto Tangani Bayi Terjatuh di GOR Seni Mojopahit
- Liburan Akhir Pekan, Destinasi Wisata Padusan dan Ubalan Pacet Mojokerto Bisa Jadi Pilihan
- Kepala Desa Ini Minta Maaf, Berkilah hanya Guyon soal Ancam Warga Hentikan Bansos
"Kisah Syech Jumadil Kubro sebagai Punjer Wali Songo, kita ketahui dari berbagai hikayat seperti babat, serat dan penuturan masyarakat. Teladannya patut kita contoh, khsususnya dalam mengislamkan telatah Majapahit,” kata Wabup.
Syech Jumadil Kubro yang menurut literatur masih dalam satu garis generasi ke-enam Nabi Muhammad SAW, mengembara ke tanah Jawa bersama para santrinya dan singgah di Trowulan untuk kemudian melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi demi menghindari kemurkaan raja-raja Jawa yang belum mengenal apa itu Islam saat itu.
Selanjutnya komunitas muslim di kota-kota pelabuhan Majapahit, menjadi penanda pesatnya perkembangan Islam pada zamannya. Laju kemajuan iptek yang cepat di bidang agama Islam kemudian melahirkan kaum santri kritis, progresif dan transformatif. Mereka juga melakukan lompatan budaya dan intelektual yang sangat maju.
Demi mengenang jasa para penyebar Islam di bumi Majapahit, Pemerintah Kabupaten Mojokerto pada tahun 2016 telah membuat buku Punjer Walisongo yang sudah dikaji dan dirumuskan dalam seminar lokakarya. Haul Syech Jumadil Kubro yang diperingati tiap tahun, diharapkan dapat melestarikan budaya, syia'ar Islam dan mendongkrak potensi wisata religi.