Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .
BANGSAONLINE.com - "Waallaahu akhrajakum min buthuuni ummahaatikum laa ta’lamuuna syay-an waja’ala lakumu alssam’a waal-abshaara waal-af-idata la’allakum tasykuruuna".
BACA JUGA:
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
- Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
- Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
"Wa Allah akhrajakum min buthun ummahatikum la ta'lamun syai'a". Bayi lahir dari rahim ibu dalam keadaan tidak mengerti apa-apa. Kata Ummahat adalah bentuk jamak mu'annats salim dari kata "umm" (ibu). Bukan jamak taksir, sebab huruf asli mufradnya utuh (alif dan Mim). Huruf "ha" di tengah adalah tambahan. Asalnya "ummat " dengan tambahan huruf Alif dan Ta' seperti lazimnya rumus jamak tipe ini. Soal penambahan tersebut ada dua alasan, antara lain :
Pertama, tambahan huruf "ha" tersebut untuk kebutuhan pelafalan sehingga terasa lebih mantap. Bunyi yang lahir dari komposisi penambahan tersebut tampak lebih berbobot dalam lisan dan tidak ringan. Orang arab mempertimbangkan model bunyi-bunyian begini, sehingga pelafalan terdengar indah dan khas. Sebagai perbandingan adalah gaya tafkhim pada lafadh "Allah ". Huruf "lam"nya dibaca tafkhim (tebal) ketika diantar dengan huruf berbaris fathah atau dhammah. Tidak sama pelafalannya ketika bunyi huruf antaran berharakat kasrah.
Kedua, untuk membedakan antara ibu manusia dan induk binatang. Bahasa mengormati derajat ibu manusia di atas segala indukan dengan pembubuhan huruf "ha" (ummahat). "li ta'dhim sya'n al-umm". Jika bentuk jamak tersebut diaslikan (ummat), maka konotasi maknanya untuk induk-induk binatang.
Ayat studi ini menyebutkan, bahwa bayi itu tidak punya pengetahuan apa-apa, blank dan kosong. "La ta'lamun syai'a". Baru setelah lahir di dunia, maka Tuhan meng "ON" kan lebih optimal piranti-piranti indranya.
Pertama, pendengaran (al-sam'), kedua, al-abshar (penglihatan) dan ketiga, al-af'idah (pikiran). Kenapa bayi saat dilahirkan tidak punya pengetahuan apa-apa?. Lalu apakah penyebutan tiga piranti tersebut merupakan urutan dalam transformasi ilmu pengetahuan?.